[FanFict] I Will Always Love You

Pagi yang cerah terdengar suara burung yang berkicau membuat tidurku yang indah terbangun dalam suasana duka sudah sehari aku hidup tanpanya seketika aku mengingat cerita cinta kita…
“Aditt tungguin aku dong” sahut aku
“makanya kalo pagi itu cepat bangunnya” jawab Adit dengan kesal
“iya iya maafin aku ya jangan marah dong” merangkul tangan Adit. “tuh kan mukanya jelek tau kalo marah”
Adit hanya bisa tersenyum melihat tingkah aku.

Tidak lama kemudian kita telah sampai di sekolah suasana hening menyelimuti sekolah ini akupun baru sadar hari ini ujian penaikan kelas dan aku sama sekali belum belajar
“Adit boleh minta tolong nggak?”
“hmm iya apa?” jawab Adit dengan raut wajah dingin
“bikinin aku pelampung dong semalam aku lupa bikinin ya please” dengan sedikit suara manja aku membujuk adit dan diapun mengerti meskipun dengan sedikit celotehan yang ia lontarkan padaku
“makanya kamu tuh belajar mau sampai kapan kamu begini terus setiap ujian” dengan suara sinisnya iya menarik selembar kertas di depannya.
Setengah jam aku menunggu dan hasilnya sangat memuaskan contekan biologi dari adit selalu mampu membuat nilaiku jadi sempurna

Loncengpun berbunyi siswapun bersorak dan mengumpulkan kertas ulangan biologi akupun lekas ke luar menemui adit
“hai sudah lama yaa?” aku menyeruput minuman adit
“iya bagaimana ulangannya tadi? Kamu bisa?” merapikan poni aku dengan lembut
“sukses banget makasih ya kamu tuh sahabat aku yang paling baik” dengan sedikit cubitan di pipinya yang bersih itu membuat adit tersenyum
“adit aku mau curhat nih”
“soal rio lagi?”
“iya dit kok dia sudah 2 minggu gue putus tapi kok belum bisa lupain dia ya?” tanya aku dengan wajah yang tertunduk “aku capek dit harus ingat dia terus capek harus ingat kenangan gue sama dia, capek harus ingat perbuatannya ke aku sampai kapan dit aku harus ingat dia terus?” air mataku jatuh tak henti-hentinya dan adit pun mendekapku dalam pelukannya yang hangat “sabar yaa bil aku yakin kamu bisa lupain dia udah ya kamu jangan nangis ntar malam aku traktir makan es krim ya” tangannya yang selalu menghapus air mataku yang selalu merangkulku saat suka maupun duka….
“iya janji ya awas kalo nggak”
“iya janji ayo pulang dari pada kita jadi penunggu kantin. Disini kamu mau?”
“nggak lah hahahaha kamu tuh paling bisa ya buat aku tertawa lagi” kitapun jalan keluar dengan tertawa

“mas pesan es krim coklatnya 2″ adit memesan es krim favorite kita dari kecil
“sudah tau kok mas adit pasti mau pesan es krim coklat” pemilik kedai es krim ini sudah sangat kenal dengan kita
Sambil menunggu es krim datang tiba-tiba…
“bil kalo aku pergi gimana?” pertanyaan adit itu membuat perasaanku jadi nggak enak
“mau kemana? Nggak ajak ah nih? Lama nggak?” aku dengan nyerocos dengan memegang tangan adit
“mungkin selamanya bil, kamu nggak bisa ikut kamu harus ada disini tungguin aku”
“kemana sih? Mau ninggalin aku?” dengan suara tinggi yang membuat Dika pemilik kedai ini tersontak kaget
“jangan emosi dulu bil aku bercanda kok”
“udah ah aku mau pulang” akupun lari keluar dari kedai sweet ice
Adit hanya melihatku lari dan nggak mencegatku sampai bayanganku hilangpun adit tetap duduk
“kenapa sih di saat-saat gini kamu buat aku sedih” akupun jalan dengan penuh marah

Sejak kejadian itu adit nggak pernah kelihatan lagi di sekolah nggak pernah hubungin aku hpnya nggak aktif “ahhh” aku melempar kaleng minuman sampai rico teman kelas adit terkena lemparanku.
‘aduh nabilah” mengusap kepalanya
“maaf maaf rico maaf”
“iya udah dimaafin, eh bil gue mau ngomong sama lo”
“apaa rico? Soal adit?” tanya aku dengan penasaran
“i…Iya bil duduk dulu deh”
“apa ric? adit kenapa? adit marah sama gue?”
“bukan bil tapi aditt.. Mending lo ikut gue deh” rico menarik tanganku sampai masuk ke dalam mobil hatiku penuh tanda tanya “ada apa sih sebenarnya?” mobil rico sampai di rumah sakit harapan dan perasaan aku tambah nggak enak
“turun bil” rico menarik tanganku sampai di depan icu
“ric a… adit kenapa?” belum sempat rico menjawab aku lari masuk melihat tubuh adit kaku dan tak sadarkan diri “ditt kamu kenapa? Kamu sakit? Kamu kenapa nggak pernah bilang ke aku? Kamu bangun ditt bangun” aku mengguncang-guncang tubuh adit air mataku yang terus mengalir membuat rico spontan memeluk aku
“tenang bil tenang” rico berusaha membuat aku tenang
“aditt sakit ric?” tanyaku sesenggukan
Rico membimbing tubuhku yang lemas keluar dari ruangan icu

“rico aga sakit apa kenapa lo yang tau adit sakit kenapa gue sahabatnya nggak tau dia sakit apa” aku tak mampu membuat tubuhku berdiri tegak aku terduduk menundukkan wajahku
“karena lo 3 tahun ini sibuk pacaran lo nggak pernah ada sedikit waktu buat adit lo selalu sibuk dengan diri lo sndiri sampai adit sakit kanker otak lo nggak tau kan? Lo selalu sibuk dengan dunia lo sendiri tapi semenjak lo putus dari rio lo baru perhatikan adit mau lo apa bil ?  Lo nggak tau adit tuh sayang banget sama lo semenjak SD tapi lo nggak pernah mau tau itu” rico dengan penuh amarah meninggalkan nabilah yang terduduk dan membisu mendengarkan semua perkataan rico.
Penglihatan nabilah tiba-tiba hitam dan ia terjatuh membuat langkah rico terhenti dan lari menolong nabilah “bil bangun dong bill... tuh kan begadang terus sih jadinya kacapean tuh”

nabilah terbangun dan ia mengenal suara itu dengan cepat ia membuka matanya ternyata benar itu suara orang yang sangat ia rindukan
“adit maafin aku ditt” nabilah memeluk adit dan air matanya tertumpah di pelukkan nabilah
“husssttt sudah ah kok nangis mulu sih aku nggak marah bil” adit menghapus air mata aku meskipun terlihat dngan jelas wajahnya sangat pucat
“kamu sudah makan?” adit merapikan rambutku seperti biasanya tapi nggak lama kemudian adit pingsan.

Aku sangat panik dan memanggil suster yamg bertugas di dekat kamar aku dengan cepat adit di bawa. 1 jam aku, rico, orangtua adit dan adiknya menunggu di depan ugd dokterpun keluar dengan wajah yang sedih akupun mengerti ekspresi dokter dengan histeris aku teriak aku menangis serasa semuanya seperti mimpi. Rico membawaku keluar dari rumah sakit aku tak kuasa melihatnya tubuh orang yang aku sayang sudah tak bernayawa.

Keesokan harinya rumah adit yang selalu tampak sepi sekarang tampak ramai dengan wajah-wajah duka kakiku berat untuk melangkah masuk melihat adit terakhir kalinya. Aku masuk dengan badan yang di bopong oleh papa aku duduk di samping adit aku mencium pipinya untuk terakhir kalinya air mataku menetes dengan deras aku duduk dan menonton rekaman kenangan yang ada di pikiranku terasa indah tenang akupun ikut mengantarkan adit ke istana barunya sungguh sedih melihat tubuhnya kaku dan terbaring didalam ruang yang gelap.

“bill ini ada surat buat lo dari adit” aku hanya bisa menganggukkan kepala saat rico memberikanku sepucuk surat dari aditt dengan cepat aku buka

Dear nabilah
Hari ini pasti kamu nangis lagi kan? Poni kamu rambut indah kamu pasti berantakan lagi. Maaf bill aku ninggalin kamu secepat ini maaf aku nggak bisa ada lagi di saat kamu sedih di saat kamu susah tapi kita punya banyak kenangan yang bisa buat kamu bahagia di saat kamu sedih kamu jangan sungkan datang di rumah baru aku aku selalu ada disini tungguin kamu dengan berbagai cerita kamu harus kuat harus ceria tanpa aku kamu harus bisa bangun pagi sendiri, harus bisa belajar jangan nyontek mulu. bill sebenarnya gue sayang banget sama lo tapi gue tau lo sayang sama rio gue nggak mau perasaan ini buat hubungan persahabatan kita hancur. Maaf gue nggak bisa buat lo bahagia bill sampai kepergian gue. Lo jaga diri baik-baik yaa bil semoga hati gue ini bisa buat rio bahagian lo. I will always love you Nabilah.

Air mataku kali ini makin deras mengingat adit sudah mendonorkan hatinya buat rio. “aku sayang kamu dit semoga kamu tenang disana aku janji akan tepatin semua apa yang kamu minta. mengusap air mataku dengan selimut  dan beranjak keluar dari kamar dan memulai hidup yang baru dengan rio. “i will always love you adit.”



Created by @AdityaRiicky
Previous
Next Post »
Thanks for your comment